Violence Against Women, It’s Also Men’s Issue

7 comments
Jackson Katz via ted.com

Jika kita mendengar "masalah kekerasan gender", pasti otak kita akan selalu tertuju bahwa hal itu sama artinya dengan kekerasan terhadap perempuan. Lho, padahal gender bukan hanya perempuan, tapi mengapa kita bisa memikirkan secara seragam seperti ini? Jackson Katz dalam speech miliknya  mengungkapkan hal yang menarik sebagai berikut ini.

Ketika kita berbicara tentang ras, di Amerika Serikat, maka kebanyakan orang akan berpikir ras adalah sesuatu tentang orang African-American, Latino, Asian-American, Native American, South Asian, Pacific Islander, dan sebagainya. Ketika orang-orang mendengar "orientasi seksual" mereka akan berpikir tentang gay, lesbian, dan biseksual. Dan ketika orang-orang mendengar kata "gender" maka orang akan berpikir bahwa itu tentang wanita.

Di setiap kasus tersebut, maka kelompok yang merasa dirinya dominan tidak akan menaruh perhatian besar pada setiap permasalahan tersebut. Right? Sebagai orang kulit putih, maka orang kulit putih tidak akan mendapatkan berbagai masalah tentang identitas rasnya. Dan sebagai orang yang heterosexual yang tidak memerlukan "sexual orientation" dan sebagai lelaki yang tidak memerlukan "gender". Dan hal ini sangat menakjubkan, bagaimana pria seperti dihapuskan dan tidak pernah dilibatkan dalam percakapan mengenai subjek ini. Right?
Literally the way that we use language, conspires to keep our attention off of men.
Teori ini datang dari penelitian seorang feminist linguist, Julia Penelope. Hal ini bermula dengan kalimat sederhana dari bahasa Inggris, John beat Mary. John adalah subjek, beat adalah kata kerja, dan Mary adalah objek. Oke, selanjutnya kita akan pindah ke kalimat kedua yang memiliki arti yang sama namun dalam bentuk kalimat pasif.

Mary was beaten by John.

Dan sekarang seluruhnya yang terjadi ada pada kalimat pertama, kita pindah dari John beat Mary, menjadi Mary was beaten by John. Sehingga kita merubah fokus kita yang semula adalah John, sekarang menjadi Mary. Dan kamu bisa melihat bahwa John sangat dekat dengan akhir dari kalimat. well, dekat dengan mengacuhkan terms"john" dari pikiran kita.

Kalimat ketiga, John dihilangkan, dan kita mendapatkan " Mary was beaten", dan sekarang fokus kita adalah semuanya tentang Mary. Kita tidak akan berpikir tentang John, dan hanya akan berfokus kepada Mary.  Kemudian, term yang telah kita gunakan sinonim dari beaten adalah battered, jadi kita akan mendapatkan " Mary was battered". Dan kalimat terakhir dari sekuens ini adalah Mary is a battered woman.

Jadi identitas sebenarnya dari Mary sekarang adalah : Mary is a battered woman, yang walaupun dilakukan oleh John pada kalimat pertama. Namun kita telah menunjukkan bahwa John telah jauh dihilangkan pada percakapan ini. Sehingga dapat dikatakan, bahwa umum terjadi masyarakat kita lebih sering menuduh kepada korban, bukan kepada orang yang melakukan sesuatu kepada korban.

Ada apa sebenarnya? Mengapa pria seringkali menyiksa, secara fisik, emosional, verbal atau dengan cara lain. Mengapa ada banyak pula pria dewasa yang melakukan kekerasan seksual terhadap anak kecil baik itu perempuan maupun laki-laki? Mengapa permasalahan seperti ini merupakan masalah yang umum terjadi di seluruh dunia sampai saat ini? Mengapa kita selalu mendengar kasus ini lagi, lagi, lagi dan lagi? 

Dan jika ada wanita yang berdiri tegak, berani menyuarakan pendapatnya bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak benar, wanita tersebut akan dicap dengan sebutan yang buruk. Male-basher, Man-Hater, atau bahkan disebut Feminazi. Right? Hal tersebut tak ubahnya dengan membunuh pesan kebenaran. Seolah kita harus diam dan tetap nyaman pada sistem saat ini.


How do we not remain silent in the face of abuse?

Kita bisa mulai dari kita sendiri. Contoh kecilnya adalah, jika kamu seorang pria yang mungkin sedang bersama dengan teman priamu, dan tidak ada wanita yang ada di situ dan terdapat beberapa pria yang berbicara bernada sexist atau merendahkan perempuan. Mulailah untuk mulai berbicara, instead of hanya tertawa sepanjang percakapan, atau berpura-pura kamu tidak mendengarnya. Cobalah untuk berkata "hey, itu tidak lucu. Kamu sama saja sedang merendahkan saudara perempuanmu, atau ibumu. Bisakah kamu bercanda dengan sesuatu yang lain? Bisakah kita berbicara sesuatu yang lain?”

So, that’s all. Oke, we need you. Thank you

7 komentar:

  1. Hai, Jus. Kamu cocok banget jadi aktivis pembela hak asasi perempuan. Aku dukung. Btw postingan ini jadi ngingetin aku sama kejadian barusan. Tadi aku baru jalan ngumpul bareng pacar dan teman-temannya pacar. Mereka lagi dengerin lagu-lagu hip hop Indonesia. Ada lagu yang isinya tentang ngerendahin wanita gitu. Sumpah aku jadi risih. Nggak enak dengernya. Entah itu aku sensitif apa gimana, yang jelas sedih aja wanita jadi objek celaan di lagu. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. itulah cha. saya pikir memang wanita dan pria itu berbeda, tapi bukan berarti ada yang lebih rendah karena tidak dianugerahi kekuatan fisik yang kuat misal. ya kan?
      Nah tugas kita ya menyebarkan pesan kebaikan :)

      Hapus
  2. ya, seringkali kita tidak tahu perasaan wanita seperti apa, but banyak juga laki-laki yang mengangkat hak wanita. kadang, laki-laki juga punya pemikiran yang sama dengan wanita. sekarang pun juga banyak wanita-wanita yang menyuarakan haknya, tetap enjoy kakak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyap, saya merasa beruntung sekarang banyak yang peduli kak. Contohnya ya Jackson Katz ini. Tapi ya tidak ada salahnya kalau kita lebih menyebarkan pesan kebaikan lagi :D

      Hapus
  3. Sering banget deh kayaknya kaum cowok gitu ngetawain atau ngomongin cewek gitu ._. baik celaan bernada bercanda -_- kalau masih standar sih masih biasa -_- kadang temen-temen gitu ngomonginnya suka kelewatan gitu -_- sebagai cowok pecinta cewek, kadang risih juga dengernya ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kan kak, sering kan? tapi yah, saya bersyukur masih ada yang seperti kak Febri yang bisa merasakan kalau hal seperti itu tidaklah bagus. Semoga bakal ada kak Febri yang lain di luar sana :)

      Hapus
  4. Aku sangat suka tulisanmu ini. Benar, perempuan yang berdiri untuk mencoba membuka kebenaran yang ada di balik ini semua seringkali di-judge dan dikucilkan sebagai seorang pemberontak, pembenci, atau apalah. Yang pada akhirnya, tak diacuhkan dan mereka kembali pada dominasi wacana basi.

    BalasHapus